KADO ULANG TAHUN DARI PUTRI

Seperti yang tertulis dalam surat yang kau letakkan dalam kado ulang tahunku yang ke 20 waktu itu,"pakailah ini dalam tidurmu, walaupun cuma bantal tapi ini adalah jembatan yang dapat menyatukan kita dialam mimpi". Aku masih selalu memakai bantal itu, agar katamu-- "kita akan selalu dipertemukan dalam alam mimpi". Begitu indah tulisan dalam suratmu hingga mampu membuat suatu bantal mempunyai nilai lebih yang tak mungkin tergadaikan oleh berjuta materi.

                     ***

Ketika bintang mulai sembunyi dibalik cerahnya fajar pagi, putri mengeluarkan kotak kado dari bagasi mobilnya. Dan membawa masuk kedalam kamar penginapan. Kotak itu adalah kado kedua yang diterima oleh Putra, setelah ia mendapat kado terindah tepat pada jam 12 lebih satu detik Putri memberikan kado sepesial yang khusus dan hanya untuk Putra di usia yang ke duapuluh tahun. Apa lagi kalau bukan potongan kenikmatan surga yang dititipkan pada sempitnya keprawanan seorang gadis.


Putra masih terlelap dalam kelelahan dari rasa gugup ala pemula dalam bercinta, ia masih terlentang dengan hanya bertirai selimut ping yang penuh bercak calon generasi bangsa yang terbunuh sia-sia karena ketidak siapan Putri untuk menampung benih si Putra, dengan hati-hati adegan yang banyak menguras tenaga tadi mereka lakukan. Tiap kali terasa ingin keluar Putra mencabut pasak bumi karena takut tertembak didalam.

Putri meletakkan kotak kado dibawah tempat tidur kemudian membangunkan Putra dari tidurnya.

"Put bangun", adzan subuh telah berkumandang saatnya kamu melaksanakan kewajibanmu". Walaupun keyakinan mereka berdua mereka saling memahami, saling mengingatkan, begitu juga ketika Putra--juga sering mengingatkan putri ketika waktunya ke Pura. bigitulah cinta mampu mengatasi perbedaan. Dan cinta mampu meretas segala. Bukan hanya sekedar C-I-N-T-A, Cuma Ingin Nikmati Tubuh sAja. 

Putri menyukai Putra karena pancaran kecerdasan yang dimilikinya, walaupun ia sibuk dalam dunia pergerakan mahasiswa, dalam masalah akademik ia sangat unggul di banding kawan-kawanya. Kalau Putra hadir dalam perkuliahan dapat dipastikan kelas menjadi hidup, diskusinya menjadi berkembang bukan hanya diskusi basa-basi tidak mutu demi mengejar poin nilai. Dia juga sering diundang sebagai pengantar dalam forum-forum diskusi "liar" yang membahas tentang kondisi sosial politik bangsa ataupun kondisi kampus. Namun secerdas apapun dia kampus hanya menginginkan mahasiswa yang rajin masuk. Paraktik pendidikan yang hanya menekankan formalitas sudah sering ia kritik lewat tulisan pedas yang diterbitkan oleh presma. Dia juga sering mengkritik metode pembelajaran dosen yang dogmatis dan tidak mampu menumbuhkan daya kritis murid. Bagi Putra, tidak ada guru ataupun murid, itu hanya pembagian teknis akan dalam sistem belajar dapat terlaksana dengan teratur. "Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai liang lahat", sabda nabi itu menandaskan bagi seluruh manusia jangan pernah menimba pengetahuan agar jalan hidup dapat pencerahan dari pelita ilmu. Orang dikelas adalah murid semua yang sama-sama ingin mencari tau, berinovasi, berkreasi, dan mempraktekkan keilmuannya agar supaya dapat bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Bukan guru yang hanya bertugas sebagai operator dalam mentransferkan ilmu dari kurikulum yang di bakukan, hingga aktifitas belajar menjadi beku dan dogmatis. Suasana di kelas mirip warnet yang isinya para siswa bermain gaget, barisan tengah setengah ngantuk, barisan belakang tidur. Ada baiknya 'guru'/murit yang didepan sendirian belajar memaknai pendidikan secara filosif agar tidak doktriner dan hanya mendaur ulang teori sampah yang berbanding terbalik dengan kebutuhan murid dan masyarakat. Selain kecerdasan, jiwa humoris, romantis, dan sikap idealis Putra, membuat Putri sangat mencintai Putra.

Setelah salam dan singkat dzikir plus paket doa(nasib baik dunia akhirat), Putra melipat sajadahnya. 
"Kau nampak ganteng ketika ketika bersujud" ucap Putri yang sedari tadi mengamati Putra sembahyang.
"Ko ketampananku terlihat saat sujud kan wajahku menempel pada sajadah, mana kelihatan wajahku" timpal Putra menanggapi pujian Putri yang dianggap tidak rasional.
"Bagiku ganteng adalah ketulusan jiwa, kelapangan hati untuk menyerahkan diri pada kekuasaan yang agung, dan aku melihat itu pada sujudmu".

Angin pagi membawa hawa dingin yang menelusup losmen moundesir hingga menembus kedalam sumsum putra yang sedari tadi menggigil menahan dingin akibat mandi wajib, dan harus melawan dingin demi menunaikan ibadah. 

Dan udara dingin semakin tak tertahankan membuat percakapan mereka berdua berhenti dilanjut dengan pelukan dan adegan yang selanjutnya. 

Setelah cukup tersalurkan gejolak birahi yang membara dari darah muda yang menderu-deru. Dalam benak Putra bertanya "apakah ini yang dinamakan “kenikmatan yang menyimpang” yang dikatakan Marquis de Sade, seorang pemikir Perancis. Dia menyatakan bahwa manusia merupakan mahluk-mahluk seksual yang tujuan hidupnya mendapatkan kenikmatan tertinggi, walaupun kenikmatan itu membutuhkan rasa sakit di dalamnya". Dan ditengah pergolakan pikiran dan batin Putra,  Putri mengambil kotak kado yang ia sembunyikan sedari tadi dibawah ranjang cinta yang selalu berbunyi tiap mereka bergoyang basah.

"Jangan dibuka samapai aku tidak disampingmu lagi"
Dan Putra pun diam pasrah menuruti aturan Putri, karena bagi putra kado pertama dari Putri sudah cukup dari sekedar materi. Kado yang membuat ia bebas dari rasa penasaran menikmati potongan surga yang menyelip pada pangkal paha si Putri.

***                 

Bantal hijau bermotif rajutan dua ekor angsa ciuman dan membentuk lambang cinta, dan surat yang penuh bahasa puitis khas mahasiswa jurusan sastra menjadi benda yang menemani Putra. Setiap ia baca sambil berbaring dan tak lupa memakai bantal kenangan, ia selalu terkenang kelucuan dan kata-kata gombalan dari putri, terkenang juga disaat membuat yel-yel untuk aksi demonstrasi menolak pembangunan fakultas FEBI yang dinilai kurang setrategis karena menggusur PANGDEM (Panggung Demokrasi) sebagai sentra mimbar bebas para mahasiswa untuk menumpahkan segala gagasan.

Aksi demontrasi itu adalah momen terahir Putra dan Putri bergandeng tangan. Kebersamaan mereka berahir karena nasib naas menimpa Putri. Selesai aksi Putri meninggal dunia karena serangan Jantung. Gadis yang selalu terlihat ceria kini telah berjalan di kehidupan yang selanjutnya, tidak ada yang menyangka dia akan bernasib mati muda. Memang, sesuatu yang susah ditebak selain politik adalah nasib, yang selalu menjadi misteri dalam kehidupan. 

Dan Putra masih selalu memakai bantal itu, agar --katamu--kita selalu dipertemukan dalam mimpi.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment