MUQADDIMAH SYIRAH NABAWIYAH

MUQADDIMAH
Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam, Shalawat dan Salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sayyidil Basyar besrta keluarga, dan para sahabatnya semua.
Amma Ba’d, ini adalah kitab “Siratu al Nabawiyyah” yang dikarang oleh Ibnu Hisyam dari kitab Sirah milik Ibnu Ishaq, beliau adalah termasuk orang terdahulu yang pertama-tama mengarang dalam ilmu Siyar yang menjadi perantara dan sampai kepada kita dan semuanya hari ini.

Ilmu Siyar
Menurut ahli sejarah Islam, kata siyar berarti kabar yang berhubungan dengan Islam, permulaan kenabian, keluarga nabi yang ikut menegakkan Islam, dan kabar atau cerita yang berhubungan dengan Islam seperti peperangan dan kesepakatan-kesepakatan.


Karangan Dalam Ilmu Siyar
Hajiyun Khalifah dalam kitabnya Kasyfid Dunuun (hal: 1012-1013) para pengarang ilmu siyar, berkata; “Orang yang pertama mengarang dalam ilmu siyar yang masyhur adalah Imam Muhammad ibn Ishaq pengarang kitab al Maghazi, wafat pada tahun 151 H. Kemudian kitab ini disempurnakan oleh Abu Muhammad Abdul Mailk inb Hisyam al Humairi yang wafat pada tahun 218 H. Dia memiliki kitab yang didalamnya memuat syair-syair sejarah yang asing.
Kitab ibn kemudian dijadikan pegangan oleh para Mutaahkirun (generasi setelahnya), Abul Qasim Abdurrahman as Suhaili yang wafat pada tahun 581 H menjabarkan syair-syair asing milik Ibn Hisyam dalam kitabnya ar Raudl al Unuf yang dijadikan pegangan (mu’tabar). Kitab Ibnu Hisyam dijabarkan pula oleh ulama yang lain, diantaranya: karangan al ‘Allamah Badruddin Mahmud ibn Ahmad al Aini al Hanafi yang wafat pada tahun 855 H. Beliau menamai kitabnya dengan nama al Kasyfu al Litsami fi Syarhi Sirati Ibn Hisyam.
Kitab Ibn Hisyam juga dinadzamkan (berbentuk prosa) oleh Abu Nashr Fatah ibn Musa al Khudlrawi al Qushari yang wafat pada tahun 663 H. Beberapa Ulama yang mensyarahkan karangan Ibn Hisyam:
Abdul Aziz ibn Ahmad yang terkenal dengan nama Sa’ad ad Dairini, wafat 697 H.
Abu Ishaq al Anshari at Talamsani dengan kitab Qafiyatul Laam
Fathuddin Muhammad ibn Ibrahim yang terkenal dengan nama Ibn Syahid, wafat 793 H, kitabnya Fathul Qarib fii Siratil Habib yang memuat lebih dari seribu bait.
Ala’uddin Ali ibin Muhammad al Khulathi al Hanafi, wafat 708 H. Ia mengarang satu kitab.
Al Hafidz al Kabir Abdul Mu’min bin Khalaf ad Dimyati al Hanafi, wafat 694 H.
As Syaikh Dzahiruddin Ali bin Muammad al Kazuruni, wafat 694 H. Beliau bukan merupakan Said al Kazuruni yang memiliki kitab Al Muntaqi.
As Syaikh Muhammad ibnu Ali ibnu Yusuf as Syafi’i as Syahi, kitabnya merupakan kitab yang paling relevan dari kitab-kitab penjabaran milik Ibnu Hisyam yang lain.
Al Hafidz Abdul Ghani al Muqaddasi, wafat 404 H. Beliau mengarang satu kitab sirah, kitab ini dikomentari oleh Qathbuddin Abdul Karim Muhammad al Jama’ili al Hambali al Halabi, wafat 735 H, kitabnya bernama Al Muwarrid al Adzab al Hani fil Kalami ‘ala Siratil Abdil Ghani.
Kitab Ibn Hisyam juga diringkas beberapa ulama, diantaranya Burhan Ibrahim ibn Muhammad ibn Marhal. Ia menambahkan beberapa hal dan menyusunnya menjadi delapan belas jalsah. Ia namai kitabnya dengan nama ad Dakhirah fii Mukhtasharis Sirah, kitab ini diselesaikan pada tahun 611 H. Ulama lain yang mengarang kitab Sirah adalah Al Hafidz Mughlathayi. Kemudidan kitabnya diringkas oleh Qasim bin Qathlubagha al Hanafi, wafat 879 H.

Kemudian beberapa ulama yang meringkas kitab karangan Al Hafidz al Mughlathayi, diantaranya:
Al Hafidz Abdul Mu’min bin Khalaf ad Dimyati, wafat 705.
Alauddin Ali ibn Muhammad al Khulathayi
Ibnu Abi Thayyi Yahya bin Khumaidah al Halabi, wafat 630. Karangannya berjumlah tiga jilid.
As Syaikh Izzudin bin Umar bin Jama’ah al Kinani, beliau mengarang ringkasan  tentang sirah.

Keterangan di atas berasal dari kitab Kasyfud Dzunuun karang Hajiy Khalifah. Dalam keterangannya beliau tidak menyebutkan pengarang-pengarang terdhulu dalam sirah.
Muhaqqiq berkata, “Kami akan menyempurnakannya pada keterangan sebagai berikut:
Gerakan penyusunan sejarah terjadi pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan dan didahului oleh Abid bin Syariyah al Jurhami yang berasal dari Shan’a, Yaman. Muawiyah memerintahkan Abid bin Syariyah untuk menuliskan sejarah tentang raja-raja dan kisah-kisah masa lalu. Kemudian karangannya ini dijadikan rujukan oleh para para pengarang berikutnya untuk penulisan sejarah yang berkaitan dengan Rasulullah SAW.
Termasuk orang yang mengarang kitab sejarah yaitu Urwah bin Zubair bin Awam, ia menulis satu kitab dan wafat pada tahun 92 H. Beliau ini lah yang menyandarkan nasabnya kepada bapaknya yaitu Zubair bin Awam dan ibunya yang bernama Asma bin Abu Bakar as Shiddiq dalam riwayat-riwayat yang berkaitan dengan Rasulullah SAW dan masa awal Islam. Setelahnya Aban bin Utsman bin Affan mengarang sirah yang di dalamnya memuat hadits-hadits Rasulullah dan meringkas sejarah hidup Nabi, beliau wafat pada tahun 105 H.
Setelah Aban bin Utsman bin Affan muncul nama Wahab bin Munabbih yang wafat 110 H. Ia mengarang sebuah kitab yang menerangkan peperangan. Sebagian dari kitabnya ditemukan di daerah Hidlubarj, Armenia (Almeniya). Beberapa orang yang mengarang tentang cerita-erita peperangan di masa awal Islam, yaitu:
Surahbil bin Sa’ad, wafat 123 H.
Ibnu Syihab az Zuhri, wafat 124 H.
‘Ashim bin Amr bin Qatadah, wafat 120 H.
Abdullah bin Abi Bakar bin Hazm, wafat 135 H.
Musa bin Uqbah, wafat 141 H.
Mu’ammir bin Rasyid, wafat 150 H.
Muhammad Ibnu Ishaq, Syaikhul Muallifin fis Sirah, wafat 152 H.
Pengarang termasyhur pasca Ibnu Ishaq adalah Al Wakidi yang wafat pada tahun 207 H, Muhammad bin Sa’d yang wafat 230 H. Setelah mereka penulisan sirah, nadzam, khulashah, penjabaran-penjabaran terus berlanjut sampai masa sekarang.



Ibnu Ishaq
Diterangkan oleh Ibnu Khalikan dalam kitab Wafiyatul A’yan (hal 103-104/4), beliau berkata: Ia (Ibnu Ishaq) adalah Abu Bakar, dikatakan pula Abu Abdullah, bin Muhammad bin Ishaq bin Yasar budak dari Qais bin Makhramah bin Muthallib bin Abdi Manaf Al Quraisy. Khalid bin Walid pernah menyakiti Yasar menggunakan ujung pohon kurma. Muhammad bin Ishaq ditetapkan sebagai orang yang hadits-haditsnya dapat dipakai oleh kebanyakan Ulama. Adapun dalam Al Maghazi dan As Siyar tidak diketahui gurunya. Ibnu Syihab az Zuhri berkata, “Barangsiapa ingin mengetahui peperangan maka lihatlah Ibnu Ishaq”. Imam Bukhari berkata dalam kitab sejarahnya dan meriwayatkannya dari Imam Syafi’i r.a  bahwa ia berkata: “Barangsiapa yang ingin meluas dalam masalah peperangan dalamilah karangan-karangan Ibnu Ishaq”. Sufyan bin Uyainah juga berkata: “Aku tidak pernah menemukan seorang pun yang sangat perhatian dalam masalah hadits kecuali Ibnu Ishaq”. Syu’bah bin Hujjaj berkata: “Ibnu Ishaq adalah Amirul Mukminin dalam hadits”.
Diceritakan oleh Az Zuhri bahwasannya suatu ketika Ibnu Ishaq keluar menuju sebuah desa dan diikuti oleh beberapa orang yang mempelajari hadits. Kemudian penduduk desa tersebut bertanya: “Siapa seorang yang kalian ikuti yang memiliki perilaku baik ini?”, Az Zuhri berkata orang yang dimaksud adalah Ibnu Ishaq. Kemudian diceritakan oleh As Saji bahwa  para murid dari Az Zuhri mendatangi Ibnu Ishaq dan melaporkan tentang hadits dari Az Zuhri tersebut kepada Ibnu Ishaq. As Saji mengatakan bahwa hadits tersebut adalah tsiqah (terpercaya).
Diceritakan pula oleh Yahya bin Mu’in, Ahmad bin Hambal (Imam Hambali) dan Yahya bin Sa’id al Qathan bahwa mereka mempercayai dan menggunakan hadits dari Ibnu Ishaq sebagai pegangan. Sedangkan Imam Bukhari tidak pernah mengambil hadits dari Ibnu Ishaq namun tetap men-tsiqahkan (mempercayai) Ibnu Ishaq. Begitu pula Muslim bin Hajjaj tidak pernah mengambil hadits dari Ibnu Ishaq kecuali satu hadits dalam bab rajam, meski pun hadits tersebut diperdebatkan oleh Malik bin Anas. Malik bin Anas berkata: “Hadits yang dibawa oleh Muslim bin Hajjaj juga sampai kepadaku, datangkan haditsnya kepadaku maka akan aku benarkan karena saya merupakan orang yang menguasai hal tersebut”. Kemudian Malik bin Anas bertanya, “Siapa Ibnu Ishaq?, Ibnu Ishaq adalah Dajjal dari tanah Dajajalah, dan kami akan mengeluarkannya dari kota Madinah karena Dajjal tidak akan masuk ke kota Madinah”.
Terlepas dari perdebatan di atas, Wallahu A’lam.
Muhammad bin Ishaq pernah mendatangi Abu Ja’far Al Mansuri yang dilanda kebingungan.  Kemudian Ibnu Ishaq menulis AL Maghazi dan diberikannya kepada Abu Ja’far al Mansur. Kemudian Ahlul Kuffah mendengarkan Al Maghazi
Ibnu Ishaq  juga meriwayatkan hadits dari Fatimah binti Munzir bin Zubair, ia adalah istri dari Hisyam bin Urwah bin Zubair. Berita periwayatan Ibnu Ishaq yang mengambil dari Fatimah ini sampai kepada suaminya, Hisyam. Lantan Hisyam bin Urwah membantahnya dengan berkata, “Apakah mungkin dia (Ibnu Ishaq) menemui istriku?”.
Diceritakan oleh Khatib Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit dalam kitab Tarikh al Baghdadi bahwasannya Ibnu Ishaq melihat Anas bin Malik menggunakan imamah (ikat kepala) berwarna hitam dan dilingkari anak-anak kecil yang bermain bersamanya. Orang-orang yang melihatnya berkata: “Dia merupakan lelaki dari sahabat Rasulullah dan tidak akan mati sampai bertemu dengan Dajjal”.
Ibnu Ishaq meninggal di Baghdad pada tahun 151, ada juga yang mengatakan 150 H, 152 H, 153 H, 144 H. Pendapat paling shahih mengatakan 151 H. Beliau dimakamkan di Khaizaran, nama Khaizaran dinisbatkan kepada nama ibu dari Harun ar Rasyid. Makamnya terletak  paling depan di antara makam-makam yang lain.
Semua yang ditulis oleh Ibnu Ishaq kemudian diambil dan dijadikan rujukan oleh Ibnu Hisyam. Dan orang-orang yang menulis Sirah secara terus-menerus berpegangan pada karya Ibnu Ishaq seperti yang telah diterangkan sebelumnya.
Yang dimaksud Muthallibi dalam keterangan terdahulu dinisbatkan pada Muthalib bin Abdi Manaf.
Ibnu Hisyam
Ibnu Khulikan menerangkan dalam kitab Wifayatul A’yan (hal: 150-151/3), ia berkata: “Namanya adalah Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Ayyub Al Khumairi Al Ma’afiri”. Abul Qasim berkata dalam kitabnya Raudha al Anfu tentang penjelasan sejarah Rasulullah, berkata: “Sesungguhnya Ibnu Hisyam terkenal sebagai orang yang menjaga ilmu. Terdepan dalam ilmu nasab dan ilmu nahwu. Dan ia berasal dari Mesir, namun kelahirannya di Bashrah. Salah satu kitabnya menerangkan kerajaan Himyar beserta raja-rajanya. Ia juga menulis kitab yang di dalamnya menjabarkan syair-syair sejarah (Sirah) yang asing. Ia wafat di Mesir pada tahun 213 H. Rahimahullahu ta’ala.
Aku (Muhaqqiq) berkata:
Ibnu Hisyam adalah orang yang mengumpulkan Sirah Nabi SAW dari kitab Al Maghazi dan Siyar milik Ibnu Ishaq. Kemudian yang menyempurnakan, mengedit, dan menjabarkannya adalah Suhail yang telah disebutkan terdahulu. Kitab yang dipegang oleh pembaca yang budiman, seperti yang sudah diketahui umum, merupakan kitab sirah milik Ibnu Hisyam.
Abu Sa’id Abdurrahman bin Ahmad bin Yunus yang mengarang kitab Tarikhul Mishri menyebutkan dalam kitabnya bahwa Ibnu Hisyam adalah seorang pengembara yang datang ke Mesir. Ia meninggal pada malam 13 bulan Rabiul Awal 218 H di Mesir. Wallahu A’lam- dimakamkan di Duhali.
Khumairi juga pernah menceritakan demikian, dikatakan pula bahwa kata “Ma’afiri” dinisbatkan kepada Ma’afir Ya’fur, sebuah qabilah besar yang menetap di Mesir.

Previous
Next Post »
Thanks for your comment