Sejarah Umat Islam di Kashmir

Cipto 23 *)

Sudah sekian abad Islam lahir di tengah masyarakat Mekkah tepatnya pada abad ke-7 M dan saat ini Islam telah mengepakkan sayapnya ke penjuru dunia. Simbol-simbol yang menandakan keberadaan Islam banyak kita jumpai di penjuru dunia tapi sayang tidak di semua tempat kita bisa menikmati semua itu. Karena masih banyak umat Islam yang mendapat perlakuan diskriminatif, baik fisik maupun non fisik. Fenomena itu bisa kita lihat seperti di Kashmir.

Umat Islam di Kashmir tidak sama seperti umat Islam di Indonesia yang bebas melakukan ibadahnya setiap waktu. Bahkan setiap menit. Islam di sana sering kali mendapat ancaman atau diskriminasi. Terlebih kaum wanita yang menonjolkan simbol-simbol keislamannya seperti memakai jilbab.

Sebelum Islam masuk, Kashmir telah memiliki peradaban yang mapan yaitu Hindu-Budha. Raja dari Hindu-Budha telah lama menancapkan kekuasaannya di wilayah Kashmir. Antara Hindu dan Budha sering ada benturan-benturan sehingga bisa dikatakan Kashmir salah satu tempat konflik antara Hindu-Budha.
Ada tiga dinasti yang pernah memerintah kashmir. Pertama, dinasti Gonanda yang sudah ada sejak sebelum Masehi. Kedua, dinasti Karkota yang berdiri pada abadke-8 M. Ketiga, dinasti Utpal yang merupakan dinasti terakhir kerajaan pra-Islam. Sedangkan raja Hindu Kashmir yang terakhir adalah seorang perempuan yang mati bunuh diri karena merasa tidak mendapat respon dari masyarakat umum. Untuk membantunya melawan tentara Islam, dan juga karena adanya keinginan Syah Mizra untuk menikahinya. Syah Mizra merupakan tokoh Islam pertama di Kashmir.

Islam masuk di Kashmir pada masa Turki Ustmani yang mengalami kemajuan sangat signifikan. Tentara Turki Ustmani memasuki wilayah India atas dasar jalinan hubungan antara keduanya. Sehingga secara alami Islam pun turut masuk di wilyah India (Kashmir).

Dengan berjalannya waktu, Islam semakin menyebar di kawasan ini, mereka merasa aman dalam berdakwah karena umat Islam tidak lagi menjadi minoritas. Kata “Mayoritas” pantas disanding umat Islam. Tapi tidak lama kemudian pada abad 19 M Kashmir ditaklukkan oleh raja Ranjit Singh. Sorang penguasa Punjab yang anti Islam.

Kondisi ini diperparah oleh kedatangan Inggris ke anak Benua India termasuk Kashmir. Pada saat itu imperalisme telah dimulai oleh bangsa Eropa yang dulu tertidur di pangkuan Gereja. Bangsa Eropa mencari tempat yang dapat memberi kontribusi untuk negaranya. Kawasan Kashmir tidak lepas dari incaran tersebut. Karena memang Kashmir adalah wilayah yang subur yang dialiri sungai besar. Bahkan Kashmir memiliki nama lain yaitu “Surga Dunia”.

Kedatangan Inggris di Kashmir memperparah kondisi umat Islam yang mulai dibatasi aktifitasnya. Secara jumlah umat Islam di Kashmir tetap menjadi Moyoritas tapi tidak dengan perlakuan yang diterima umat Islam. Karena Kashmir dibawah kekuasaan raja Hindu-Budha. Perlakuan yang bersifat menindas tidak hanya dilakukan oleh umat Hindu-Budha saja tapi melainkan juga dilakukan oleh bangsa kulit putih.

Dengan kokohnya kekuasaan bangsa eropa membuat umat Islam semakin tertekan. Puncaknya semakin parah ketika bangsa Eropa menjual tanah Kashmir pada umat Hindu Dogra. Di bawah kekuasaan Hindu umat Islam semakin tak memiki ruang dan ini diperparah saat umat Islam menelurkan gagasan ingin merdeka dari India. Dengan gagasan ini umat Hindu tambah menekan umat Islam. Kata “pemberontak”, teroris dan semacamnya disandingkan ke umat Islam di Kashmir oleh pemerintah yang tidak ingin niat suci umat Islam tercapai.

Wilayah Kashmir memang diperebutkan oleh dua negara, Pakistan dan India. Masyarakat Kashmir sendiri yang memilih bergabung degan India saat terpecahnya India, tak berapa lama mereka ingin gabung dengan Pakistan yang merupakan negara muslim. Tapi saat ini mereka tidak mau bergabung dengan Pakistan atau India, mereka ingin menjadikan negara sendiri. Pihak pemerintah terus mencegahnya, tidak hanya India. Bahkan Pakistan pun ikut-ikutan untuk menghambat Kashmir merdeka karena mereka tidak mau kehilangan wilayah yang sangat menggiurkan.

Keadaan seperti ini tidak mampu memadamkan semangat umat Islam dalam memperjuangkan hak-haknya. Perlawanan tak pernah surut yang dilakukan oleh umat Islam baik perlawanan yang bersifat demonstrasi atau perlawanan angkat senjata.

Perlawanan yang dilakukan oleh umat Islam memunculkan organisasi  militan Front Pembebasan Jammu-Kashmir (JKLF). Forum bagi mereka yang berjuang demi kemerdekaan Kashmir akibat dari penindasan  dan penganiayaan yang dilakukan oleh pemrintah. Mungkin salah satu mereka sulit untuk mendapatkan kemerdekaan disebabkan umat Islam di sana sendiri tidak satu suara. Sehingga memunculkan konflik internal dikalangan umat Islam sendiri.

·  Harun Lukman, Potret Dunia Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985..

· Mashad Dhurodin, Agama dalam Kemelut Politik : Dilema Sekulerisme di India, Jakarta: PT Pustaka Cidesindo, 1999.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment