Ketika Harimau Menerkam Jiwa-Jiwa Manusia

(Sebuah catatan dari Novel ‘Harimau! Harimau!’ karya Mochtar Lubis)

Bisa dibayangkan, keganasan seekor harimau hutan yang kelaparan berada bebas lepas di hadapan kita. Matanya yang tajam, dengus nafas tersengal dan dengung liri suara yang muncul dari mulutnya seraya siap menerkam. Sudah bisa dipastikan, bila kita tanpa pistol atau senjata api, maka kita akan kalah beradu fisik dengan harimau tersebut. Dengan ketajaman cakar dan dua taring di mulutnya, harimau akan melumat habis tubuh kita. Dalam novel ini, Mochtar Lubis, membuat metafor harimau—untuk menyebutkan penyakit yang mengendap dalam jiwa manusia.

Novel ini pertamakali diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia tahun 1992. Novel yang monumental menggugah pembaca secara psikologis. Dengan memakai kiasan harimau, Mochtar Lubis memberikan penafsiran yang ganda. Antara harimau dalam bentuk sebenarnya dan harimau dalam bentuk berbeda.

Sebuah petualangan tujuh orang di dalam hutan, dengan tujuan utama mencari damar. Mata pencaharian untuk menghidupi diri dan sanak keluarga—yang barangkali merupakan salah satu ciri kehidupan dari orang Padang.
www.dinomarket.com

Mereka berkelana dari sudut ke sudut untuk mengumpulkan damar sebanyak mungkin. Dengan sebuah senapan di tangan Wak Katok. Orang yang disegani di antara mereka. Karena terkenal lihai keilmuan metafisiknya. Ada Buyung, Sutan, Talib, Sanip, Pak Haji Rakhmad, dan Pak Balam. Mereka adalah tujuh orang yang siap melawan bahaya di yang akan dihadapi di dalam hutan.

Suatu ketika, Pak Balam diterkam oleh harimau kelaparan, hingga seluruh tubuhnya luka parah tapi berhasil diselamatkan, sebelum akhirnya meninggal di hutan. Beberapa hal yang menarik dari tutur katanya setelah terkena terkaman harimau. Ia menyebutkan bahwa ia sudah memiliki firasat akan mati di dalam hutan. Firasat dari mimpi di rumah sebelum berangkat dan juga mimpi di persinggahan di rumah Wak Hitam. Ia mengatakan bahwa harimau yang menerkam dirinya adalah harimau kiriman Tuhan. Harimau itu diutus untuk membereskan manusia-manusia yang penuh dengan dosa. Tetapi tidak mau meminta ampun. Dan bahkan kepada dirinya pun enggan untuk mengakui dosa-dosanya. Kemudian ia mengutarakan semua dosa-dosanya yang dilakukan bersama Wak Katok.
Di sini, Pak Balam juga menyuruh semua teman-temannya yang masih sehat untuk bertaubat kalau mau selamat sampai di kampung. Karena jalan satu-satunya untuk melepaskan diri dari terkaman harimau adalah dengan “membunuh harimau dari dalam diri sesorang”, karena harimau yang dikirim Tuhan selamanya tidak akan pernah dikalahkan.

Replika cerita di atas menunjukkan bahwa harimau memiliki makna ganda. Pertama, harimau secara bentuk sebenarnya. Yakni harimau yang secara genetis memiliki unsur-unsur seperti halnya manusia. Memiliki tulang, darah, kulit dan sebagainya. Kedua, harimau yang bersarang di dalam diri manusia. Yaitu sesuatu yang mengotori jiwa-jiwa manusia. Atau secara sederhananya dapat dikatakan adalah dosa.

Dalam novel fenomenal ini, Mochtar Lubis mengajak pembaca untuk merenungi tentang harimau di dalam diri masing-masing. Harimau yang akan membawa bencana hebat dan luar biasa dahsyatnya bagi kehidupan dan pasca kehidupan. Dan juga mengajak untuk menghilangkan harimau-harimau tersebut secepat mungkin, sebelum akhirnya ajal menutup usia.

Secara transparan, bila diskorelasikan ke dalam kehidupan, dosa adalah sesuatu yang sangat berbahaya bagi setiap person. Menurut Mochtar Lubis, tidak ada dosa masa lalu yang seketika hilang tiba-tiba. Semua dosa perlu diingat dan ditaubati. Supaya kehidupan setiap insan bisa kembali kepada fitrahnya yang bersih.

Banyak orang yang takut hidup menghadapi kebenaran, dan hanya sedikit orang yang merasa tidak dapat hidup tanpa kebenaran dalam hidupnya (hal. 103). Kalimat ini secara mendalam membuat hati kecil pembaca terhunus oleh kesadaran. Betapa di dunia ini, khususnya sekarang, begitu banyak orang yang malu mengakui tentang kesalahan-kesalahannya kepada orang lain, bahkan kepada dirinya sendiri pun enggan. Mungkin bisa dikatakan, ini merupakan penyakit yang sangat kronis. Karena berhubungan langsung dengan pergulatan jiwa. Sesuatu yang semestinya selalu disucikan dan dibersihkan.

Novel, Harimau! Harimau! Ini, dengan tidak berlebihan saya katakan adalah novel luar biasa dahsyat. Karena secara langsung menyinggung kepada lubuk terdalam dari diri setiap manusia. Mengajak otak berpikir, nafsu terkendali dan hati menghayati.


Maka benar sekali kalau Mochtar Lubis mengatakan, (kutipan bebas); kalau mau selamat dari terkaman harimau, bunuhlah harimau dalam diri kalian. Kalau mau selamat dari terkaman kehidupan yang kejam, maka bertaubatlah atas dosa-dosa kalian. (k)
Previous
Next Post »
Thanks for your comment