Luthfi 'Afif *)
Berawal dari sebuah kejenuhan membaca buku
rekomendasi dari dosen yang sulit di pahami dan hanya membuat ngantuk, kalau
gak ngantuk hanya membuat migrain kambuh, maklum membaca buku di zaman yang
serba mewah sekarang tidak menjadi trand, yang ngetren adalah membaca status.
Aku tak bisa membayangkan mahasiswa
angkatan 65 dengan jargonnya BUKU, PESATA, dan CINTA, mungkin mereka
semua kena migrain, dan pada ahirnya rasa sakit itu dilampiaskan kepada bung
Karno. Untungnya aku terlahir di zaman perayaan kemewahan secara besar-besaran,
zaman ini (dilingkungan kampus) ditandai dengan munculnya jargon baru yaitu
NKK-BKK (Nongkrong Kos Kampus. Burjo Kos Kampus)
Sebagai mahasiswa jurusan sejarah -di era
NKK-BKK- seharusnya buku merupakan teman intim untuk memperluas prespektif akan pemahaman sejarah. Tapi, rasa males,
rasa lapar, main game, main gadged, mainin anaak orang dapat menghilangkan mod
untuk berbuat baik. Untuk mengalihkan kegiatan yang kontra produktif itu aku
mebaca Si Parasit lajang. Buku ini ditulis perempuan metropolitan yang pandai
bergaul dan menggauli, perempuan merdeka yang berani mengatakan hal-hal yang
dianggap tabu oleh masyarakat. Dia juga pernah menulis Novel Saman yang
berhasil mencerahkan para perempuan dari hegemoni mantra DARMA WANITA zaman
Orba yang telah berhasil mendomestikkan peran perempuan.
![]() |
Buku ini ditulis tahun 2003, terbitan yang ketiga februari
2015. Penulis memcoba menawarkan cercaan-cercaan
terhadap nilai yang sudah mapan, benturan budaya, mengungkap hal-hal yang
dianggap tabu, mengusung aroma posko, feminisme. Judul si parasit lajang ini
terinspirasi dari statement feminis jepang, yang mengatakan orang singgel,
bekerja dan masih tinggal sama orang tuanya dianggap sebagai singgel parasit.
Kisah yang terukir selama rentang 10 tahun ini
didahaului dengan pernyataan alasan tidak kawin, baik secara sosiologis ataupun
biologis. Bagi dia pernikahan bukanlah merupakan suatu kuwajiban (orang boleh
tidak menikah), perselingkuhan tidak selamanya buruk, dan perempuan harus
berdaulat atas tubuhnya sendiri. Selain itu dia juga menjelaskan tentang hukum
negara yang berpihak kepada kaum laki-laki, hukum pernikahan di Indonesia
selalu menempatkan suami sebagai kepala keluarga, menurut dia tentang siapa
yang menjadi kepala keluarga, atau apa harus ada kepala keluarga, serahkan saja
pada pasangan yang menikah. Biar itu menjadi urusan pribadi orang. Jangan
jadikan aturan negara. Sebab, itu tidak adil dan tidak benar. Praktiknya,
banyak sekali istri yang menjadi tulang punggung keluarga, tetapi ia tidak
mendapatkan pengakuan, perlakuan yang layak sebagai pencari sumber nafkah
utama.
Selain itu, manusia selalu memproduksi
nilai-nilai keskralan dalam pernikahan, salah satu usaha yang dilakukan adalah
pengagungan terhadap prosesi pernikahan dibalut dengan kemewahan, padahal yang
realistis adalah hal setelah pernikahan itu sendiri. Alasan si parasit lajang
ini awalnya sangat sederhana. Sejak kecil ia melihat masyarakat mengagungkan
pernikahan. Ironisnya dongeng Cinderela, putri salju, putri tidur, pretty woman
tamat pada upacara, dentang lonceng, tukar cincin, atau ciuman pada balkon.
Artinya tak ada dongeng tentang pernikahan itu sendiri.
Pernikahan
dalam budaya masyarakat dianggap hal yang sangat sakral, jodoh dalam pernikahan
adalah takdir, bahkan disejajarkan dengan kelahiran dan kematian. Pesan yang
disampaikan ayu bahwa proses kelahiran dan kematian adalah proses alamiah,
sedangkan pernikahan adalah konstruksi budaya. Termasuk tentang cinta, cinta
itu yang membentuk adalah
“keseringan”, keseringan lihat, keseringan kumpul dan
keseringan-keseringan yang lain, ibarat candu, keseringan itu mengakibatkan
candu, sedangkan candu yang diderita seluruh orang adalah norma, itulah hakikat
kausalitas tak berujung.
Tulisan yang diangkat dari aktifitas
sehari-hari yang dilakukan oleh mbak ayu dengan kawan-kawan nya dan rekaman
yang bernada kritik sosial terasa di awal tulisan sampai penutup.
Si penunulis tampil sebagai juri penilai dari
kondisi sosial, nilai-nilai yang telah mengalami pergeseran yang disebabkan
oleh kapitalisme. Sijuri ini adalah cewek kelas menengah yang tinggal di kota.
Konon kelas ini paling terdekte dengan kapitalisme. Kumpulan kolom ini
menunjukkan bahwa orang bisa bersikap kritis bahkan sambil tetap berada dalam
lingkup kehidupan kaapitalistis. Orang bisa menyukai barbie, film porno,
fesyen, mal sambil tetap bisa bilang bahwa semua itu bisa menerkam manusia dan
kita harus cerdik-cerdik bergumul dengannya, seperti seorang pawang bermain
dengan hari mau sirkus.
Ia juga mencatat tentang pergerakan nilai-nilai
yang terjadi di masyarakat dengan lucu. Jika ada pesan dalam buku, maka itu
adalah demikian: di zaman ini, larangan tidak memadai lagi untuk bekal manusia
berhadapan dengan tantangan. Yang di butuhkan adalah kecerdikan. Begitulah
kira-kira pendapat si pengantar dalam buku ini.
ConversionConversion EmoticonEmoticon